Senin, 27 Mei 2013

Makalah Discalculia


TUGAS
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (PABK)
DISCALCULIA
Dosen Pengampu : Maya, M.A
Description: Description: SADAR.TIF
Disusun oleh :
1.      Ririn Prasetyawati                   111134232
2.      Maria Stefiani Peni Leton                   11113076
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012


PENDAHULUAN
Setiap anak yang dilahirkan di dunia ini mempunyai beragam gen dan beragam keturunan. Tuhan memberikan suatu keadilan bagi setiap anak yang terlahir di dunia. Khususnya anak yang mempunyai kebutuhan khusus dan anak yang tidak berkebutuhan khusus atau anak normal. Anak yang berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai kelaian pada genetik atau keterlambatan pada kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial.
Anak yang mempunyai kebutuhan khusus ada bermacam-macam keterlambatan serta masing-masing individu yang berkebutuhan khusus mempunyai pendampingan dan penangan yang  khusus. Dan  Discalculia adalah salah satu kelainan anak yang berkebutuhan khusus,discalculia  yaitu kesulitan dalam belajar atau memahami matematika.


ISI
A.    Pengertian
Kata dyscalculia berasal dari Yunani dan Latin yang berarti: “menghitung dengan buruk”. Awalan “dys” berasal dari bahasa Yunani dan berarti “buruk”. “Calculia” berasal dari bahasa Latin “calculare“, yang berarti “menghitung”. Kata “calculare” berasal dari “kalkulus”, yang berarti “kerikil” atau salah satu perhitungan pada sempoa.
Dyscalculia adalah kesulitan dalam belajar atau memahami matematika. Dyscalculia awalnya diidentifikasi, dalam studi kasus, dengan pasien yang menderita ketidakmampuan dalam aritmatika tertentu sebagai akibat kerusakan daerah tertentu dari otak. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dyscalculia dapat juga terjadi dengan perkembangan, bisa terhubung secara genetis yang mempengaruhi ketidakmampuan seseorang untuk memahami, mengingat, atau memanipulasi fakta angka atau nomor (misalnya, tabel perkalian). Istilah ini sering digunakan pada ketidakmampuan untuk melakukan operasi aritmatika, tetapi juga ditentukan oleh beberapa ahli pendidikan dan psikolog kognitif yang lebih fundamental sebagai ketidakmampuan untuk mengonsep nomor sebagai konsep- konsep abstrak kuantitas komparatif (defisit dalam “arti angka”).

B.     Penyebab
Dyscalculia kurang dikenal sebagai kecacatan, sama halnya dan berpotensi dihubung- hubungkan dengan disleksia dan perkembangan dyspraxia. Dyscalculia terjadi pada orang di seluruh tingkatan IQ, dan penderita sering kali, tetapi tidak selalu, juga mengalami kesulitan mengatur waktu, ukuran, dan penalaran ruang/tempat. Perkiraan saat ini yang menunjukkan hal itu mungkin berpengaruh sekitar 5% dari populasi.
Meskipun beberapa peneliti percaya bahwa dyscalculia perlu penalaran matematis, secara tidak langsung menyatakan sebagai kesulitan dalam pengoperasian aritmatika, bahwa kemampuan aritmetika (misalnya fakta perhitungan dan jumlah memori) dan matematika (penalaran abstrak dengan angka) dapat dipisahkan. Itu adalah (beberapa pendapat para peneliti) bahwa seorang individu memang bisa mengalami kesulitan aritmatika (atau dyscalculia), tanpa gangguan, atau kemampuan penalaran matematis yang abstrak.
Potensi penyebab :
  • Neurologis: Dyscalculia telah dikaitkan dengan luka pada supramarginalis dan sudut gyri di persimpangan antara temporal dan lobus parietalis pada korteks serebral.
  • Defisitnya working memory: Adams dan Hitch berpendapat bahwa working memory adalah faktor utama di samping mental. Dari dasar ini, Geary melakukan penelitian yang menunjukkan adanya defisit working memory bagi mereka yang menderita dyscalculia. Namun, masalah working memory dicampuradukkan dengan kesulitan belajar umum, sehingga temuan Geary mungkin tidak spesifik untuk dyscalculia tetapi lebih mungkin mencerminkan defisit belajar yang lebih besar.
Penyebab lainnya mungkin:
  • Memori jangka pendek menjadi terganggu atau berkurang, sehingga sulit untuk mengingat perhitungan.
  • Bawaan atau kelainan turun- temurun. Studi ini menunjukkan indikasi, tetapi bukti belum konkret.


C.    Karakteristik Discalculia
1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
2. Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.
3. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
4. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.
5. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
6. Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.
7. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya.
8. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.




D.    Pendampingan
Konseling dapat membantu, namun tidak harus pada tingkatan yang besar. Tidak ada terapi yang telah dibuktikan dan terbukti efektif. Beberapa bukti yang bersifat anekdot menganjurkan, bagaimanapun, bahwa sejumlah kemahiran dalam matematika dapat diperoleh oleh sistem- sistem alternatif dalam perhitungan matematis. Bukti yang bersifat anekdot juga menunjukkan, pada kenyataannya, bahwa individu mungkin sendiri akan dyscalculic mengejar sistem mereka sendiri seperti keluar dari kebutuhan atau kepentingan. Keadaan tidak perlu dilihat sebagai kecacatan atau ketidakmampuan, tidak ada yang bisa mencegah orang- orang yang menderita dyscalculia dan berhasil menggantikan dalam bidang akademis lain seperti sejarah, geografi dan ilmu- ilmu sosial lainnya, atau dalam bidang seni seperti musik atau drama.
Diperkirakan antara 3-7 % atau sekitar 5,5-10,5 juta anak usia di bawah 18 tahun menyandang ketunaan atau masuk kategori anak berkebutuhan khusus. Secara global diperkirakan ada 370 juta penyandang cacat atau sekitar 7 % populasi dunia, kurang lebih 80 juta di antaranya membutuhkan rehabilitasi. Dari jumlah tersebut, hanya 10 persen mempunyai akses pelayanan.









Daftar Pustaka
Abeel, Samantha. 2003. My Thirteenth Winter. Orchard Books.
Anonim. 1989. Disleksia, Dyscalculia dan Masalah Matematika. The Math Notebook, CT/LM.
Attwood, Tony. 2002. Dyscalculia in Schools: What It Is and What You Can Do .First and Best in Education Ltd.
Marfuah Panji Astuti. Ilustrator: Pugoeh. Mengenal gangguan belajardiskalkulia dan disgragfia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar