TUGAS
Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus (PABK)
DISCALCULIA
Dosen
Pengampu : Maya, M.A
Disusun
oleh :
1. Ririn Prasetyawati 111134232
2. Maria
Stefiani Peni Leton 11113076
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PENDAHULUAN
Setiap
anak yang dilahirkan di dunia ini mempunyai beragam gen dan beragam keturunan.
Tuhan memberikan suatu keadilan bagi setiap anak yang terlahir di dunia.
Khususnya anak yang mempunyai kebutuhan khusus dan anak yang tidak berkebutuhan
khusus atau anak normal. Anak yang berkebutuhan khusus adalah anak yang
mempunyai kelaian pada genetik atau keterlambatan pada kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial.
Anak
yang mempunyai kebutuhan khusus ada bermacam-macam keterlambatan serta
masing-masing individu yang berkebutuhan khusus mempunyai pendampingan dan
penangan yang khusus. Dan Discalculia adalah salah satu kelainan anak
yang berkebutuhan khusus,discalculia
yaitu kesulitan dalam belajar atau memahami matematika.
ISI
A.
Pengertian
Kata
dyscalculia berasal dari Yunani dan Latin yang berarti:
“menghitung dengan buruk”. Awalan “dys” berasal dari bahasa Yunani dan
berarti “buruk”. “Calculia” berasal dari bahasa Latin “calculare“,
yang berarti “menghitung”. Kata “calculare” berasal dari “kalkulus”, yang
berarti “kerikil” atau salah satu perhitungan pada sempoa.
Dyscalculia
adalah kesulitan dalam belajar atau memahami matematika. Dyscalculia
awalnya diidentifikasi, dalam studi kasus, dengan pasien yang menderita
ketidakmampuan dalam aritmatika tertentu sebagai akibat kerusakan daerah
tertentu dari otak. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dyscalculia
dapat juga terjadi dengan perkembangan, bisa terhubung secara genetis yang
mempengaruhi ketidakmampuan seseorang untuk memahami, mengingat, atau
memanipulasi fakta angka atau nomor (misalnya, tabel perkalian).
Istilah ini sering digunakan pada ketidakmampuan untuk melakukan operasi
aritmatika, tetapi juga ditentukan oleh beberapa ahli pendidikan dan psikolog kognitif
yang lebih fundamental sebagai ketidakmampuan untuk mengonsep nomor sebagai
konsep- konsep abstrak kuantitas komparatif (defisit dalam “arti angka”).
B.
Penyebab
Dyscalculia
kurang dikenal sebagai kecacatan, sama halnya dan berpotensi dihubung-
hubungkan dengan disleksia dan perkembangan dyspraxia.
Dyscalculia terjadi pada orang di seluruh tingkatan IQ, dan penderita sering
kali, tetapi tidak selalu, juga mengalami kesulitan mengatur waktu, ukuran, dan
penalaran ruang/tempat. Perkiraan saat ini yang menunjukkan hal itu mungkin
berpengaruh sekitar 5% dari populasi.
Meskipun
beberapa peneliti percaya bahwa dyscalculia perlu penalaran matematis, secara
tidak langsung menyatakan sebagai kesulitan dalam pengoperasian aritmatika,
bahwa kemampuan aritmetika (misalnya fakta perhitungan dan jumlah memori) dan
matematika (penalaran abstrak dengan angka) dapat dipisahkan. Itu adalah
(beberapa pendapat para peneliti) bahwa seorang individu memang bisa mengalami
kesulitan aritmatika (atau dyscalculia), tanpa gangguan, atau kemampuan
penalaran matematis yang abstrak.
Potensi penyebab :
- Neurologis: Dyscalculia telah dikaitkan dengan luka pada supramarginalis dan sudut gyri di persimpangan antara temporal dan lobus parietalis pada korteks serebral.
- Defisitnya working memory: Adams dan Hitch berpendapat bahwa working memory adalah faktor utama di samping mental. Dari dasar ini, Geary melakukan penelitian yang menunjukkan adanya defisit working memory bagi mereka yang menderita dyscalculia. Namun, masalah working memory dicampuradukkan dengan kesulitan belajar umum, sehingga temuan Geary mungkin tidak spesifik untuk dyscalculia tetapi lebih mungkin mencerminkan defisit belajar yang lebih besar.
Penyebab lainnya
mungkin:
- Memori jangka pendek menjadi terganggu atau berkurang, sehingga sulit untuk mengingat perhitungan.
- Bawaan atau kelainan turun- temurun. Studi ini menunjukkan indikasi, tetapi bukti belum konkret.
C.
Karakteristik
Discalculia
1. Tingkat
perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai
memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.
2. Sulit
melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung
transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak
tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan
yang harus melibatkan uang.
3. Sulit
melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi,
mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.
4. Terkadang
mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya
bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan
memahami peta atau petunjuk arah.
5. Mengalami
hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung
dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.
6. Sering
melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses
substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.
7. Mengalami
hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan
nada, dan sebagainya.
8. Bisa
juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti
aturan main yang berhubungan sistem skor.
D.
Pendampingan
Konseling
dapat membantu, namun tidak harus pada tingkatan yang besar. Tidak ada terapi
yang telah dibuktikan dan terbukti efektif. Beberapa bukti yang bersifat
anekdot menganjurkan, bagaimanapun, bahwa sejumlah kemahiran dalam
matematika dapat diperoleh oleh sistem- sistem alternatif dalam perhitungan
matematis. Bukti yang bersifat anekdot juga menunjukkan, pada kenyataannya,
bahwa individu mungkin sendiri akan dyscalculic mengejar sistem mereka sendiri
seperti keluar dari kebutuhan atau kepentingan. Keadaan tidak perlu dilihat
sebagai kecacatan atau ketidakmampuan, tidak ada yang bisa mencegah orang-
orang yang menderita dyscalculia dan berhasil menggantikan dalam bidang
akademis lain seperti sejarah, geografi dan ilmu- ilmu sosial lainnya, atau
dalam bidang seni seperti musik atau drama.
Diperkirakan
antara 3-7 % atau sekitar 5,5-10,5 juta anak usia di bawah 18 tahun menyandang
ketunaan atau masuk kategori anak berkebutuhan khusus. Secara global diperkirakan
ada 370 juta penyandang cacat atau sekitar 7 % populasi dunia, kurang lebih 80
juta di antaranya membutuhkan rehabilitasi. Dari jumlah tersebut, hanya 10
persen mempunyai akses pelayanan.
Daftar Pustaka
Abeel, Samantha. 2003. My
Thirteenth Winter. Orchard Books.
Anonim. 1989. Disleksia,
Dyscalculia dan Masalah Matematika. The Math Notebook, CT/LM.
Attwood, Tony. 2002. Dyscalculia
in Schools: What It Is and What You Can Do .First and Best in Education
Ltd.
Marfuah Panji Astuti.
Ilustrator: Pugoeh. Mengenal gangguan belajardiskalkulia dan disgragfia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar